Dibalik 98 Ingatkan Publik tentang Perjuangan


JAKARTA – Sebagai sebuah karya, film Dibalik 98 dinilai bisa mengingatkan publik terhadap peristiwa penting yang memperkaya khasanah demokrasi Indonesia.


"Sebagai sebuah karya ini sah-sah saja. Ini memperkaya dan mengingatkan publik seputar peristiwa 1998. Apalagi tokohnya adalah mahasiswa," kata mantan aktivis era Orde Baru, Genot Widjoseno kepada media.


Menurutnya, peristiwa yang terjadi 16 tahun lalu itu merupakan kejadian penting dalam sejarah perjuangan rakyat yang mengubah wajah negara kita. Peristiwa ini juga menjadi pintu bagi era reformasi Indonesia. Dibalik 98 merupakan sepenggal drama dengan latar belakang peristiwa yang terjadi di 1998.


"Tentu saja kenyataan sejarahnya jauh lebih kompleks, lebih rumit ketimbang film itu karena tahun itu merupakan titik kulminasi pergerakan mahasiswa dan para aktivis," ungkap Genot.


Dalam Peristiwa itu, hampir semua kelompok masyarakat terlibat.


"Baik sipil militer, media dan para elit politik," imbuh Genot.


Menurut Genot, salah satu alasan yang membuat Lukman Sardi mengangkat peristiwa itu sebagai setting film. Pasalnya, generasi 1998 itu unik.


"Tidak ada tokoh dan yang ditokohkan, karena gerakannya berbasis jaringan. Jaringan kampus, jaringan aktivis jalanan atau non-formal, jaringan profesional, juga jaringan bandar dan jaringan asing. Semua aspek terlibat," papar Genot, yang kini penanggungjawab redaksi Forum Keadilan.


Lebih lanjut, Genot mengungkapkan, romantisasi gerakan 1998 memang tidak sedahsyat catatan gerakan 1966. Mungkin karena dokumentasinya masih tercecer. Paling tidak, film Di Balik 1998 bisa menjadi pemacu bagi pegiat seni atau dokumenter membuat karya yang lebih kuat.


"Seperti yang diakui sendiri oleh pembuatnya adalah drama," ujar Genot.


Film Dibalik 98 bukan politik. Film yang mulai tayang di Cinema XXI pada TGL 15 Januari itu merupakan film drama keluarga yang dibumbui kisah romantisme, dan dikemas dengan latar belakang tragedi tahun 1998.


Film Dibalik 98 berlatar kejadian Mei 1998 saat reformasi terjadi, di mana menyuguhkan peristiwa saat Presiden Soeharto dilengserkan, dan kerusuhan yang terjadi saat itu.


"Karya Lukman Sardi ini lebih saya hargai ketimbang hanya sekadar melempar protes sana-sini," tutup Genot.